Friday, June 28, 2013

Bendung Kalipait: Air Terjun Hijau Di Ujung Timur Pulau Jawa



The best part of traveling is to discover. Salah satu alasan kenapa saya begitu mencintai jalan-jalan adalah bertemu dan menemukan hal-hal baru di sepanjang perjalanan. Apa saja. Mulai dari hal-hal kecil yang sering diabaikan mata, hingga hal-hal besar yang secara jelas terlihat oleh seluruh panca indera. Mengamati masyarakat lokal berbicara, bertingkah laku dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Mencoba apa yang penduduk lokal makan dan minum, serta mengunjungi tempat-tempat yang tidak pernah saya kunjungi sebelumnya. Semua itu benar-benar memperkaya. Baik memperkaya pengetahuan dan pengalaman, maupun membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam perjalanan saya ke Banyuwangi kemarin, meski saya dan teman-teman gagal melihat danau hijau yang termasyhur di Kawah Ijen tapi kami semua justru menemukan tempat wisata di sekitaran Ijen yang tidak kalah keren. Tempat itu bernama Bendung Kalipait. Hmm, apa yang keren dari tempat itu?

Bendung Kalipait (adapula yang menyebutnya Banyupait) adalah salah satu nama bendungan yang ada di Banyuwangi. Bendungan ini dibuat untuk membendung air luapan dari danau yang ada di Gunung Ijen. Dengar-dengar, bendungan ini sudah lama tidak pernah dibuka semenjak air yang terkumpul tidak pernah melebihi batas pintu air. Meskipun demikian ada air yang terus mengalir dan membentuk air terjun kecil di bawah bendungan. Lah, terus apa kerennya? Air terjun doang mah biasa. Eits, tunggu dulu. Air terjun ini berbeda dengan air terjun-air terjun lainnya karena warna airnya sesuai dengan warna air danau kawah di Ijen. Correct! Air yang mengakur dari Bendung Kalipait berwarna hijau! Literally, green! Itulah pertama kalinya saya melihat air terjun "hijau" di sepanjang sejarah jalan-jalan selama ini.



Kami sukses mendatangi Bendung Kalipait berkat informasi yang diberikan oleh si Nurul. Awalnya Nurul diberitahu oleh temannya yang sudah pernah berkunjung ke Kawah Ijen dan Bendung Kalipait sebelum kami pergi kesana. Informasi ini disampaikan kepada Pak Dany yang ternyata tahu letaknya, beliau kemudian berjanji mengajak kami untuk mengunjungi tempat itu selepas turun dari Gunung Ijen. Mendadak saya benar-benar bersyukur karena telah memutuskan menggunakan jasa sewa mobil. Kami jadi lebih fleksibel dan tentunya bisa kemana-mana selagi memungkinkan. Letak Bendung Kalipait dari Paltuding sebenarnya tidak begitu jauh bahkan kalau yang menggunakan rute via Bondowoso sudah melewatinya sebelum sampai di Paltuding. Sayangnya, tidak banyak yang menyadari keberadaan air terjun ini.

Selepas semua personel berkumpul dan beristirahat sebentar di Paltuding, kamipun segera bergegas mengajak Pak Dany untuk pulang. Pak Dany ternyata orang yang tepat janji, sebelum pulang beliau mengajak kami untuk melihat Bendung Kalipait sejenak. Mobil dibawa Pak Dany menuju arah Jambu atau gampangnya arah ke Bondowoso. Jalan arah Bondowoso jauh lebih sempit daripada jalan arah Banyuwangi sebagaimana yang kami lewati kemarin. Bahkan, saat ada dua mobil berpapasan maka salah satu harus minggir seminggir-minggirnya dan mengalah agar bisa melewati jalanan tersebut. Tapi saya mengakui, panorama di sepanjang jalan itu jauh lebih menakjubkan daripada jalan dari arah Banyuwangi. Bayangkan saja, kita dibawa melewati padang tanaman berbunga putih di kanan kiri jalan dan beberapa bukit hijau menyambut di depan mata. Sekumpulan bukit hijau tersebut mengingatkan saya pada bukit-bukit di serial anak Teletubbies. Cantik banget!

Saat tengah asyik memandangi panorama, Pak Dany menyuruh kami semua untuk menoleh ke arah kanan. Tampak sebuah bendungan berdiri di salah satu tebing dan menciptakan air terjun kecil di bawahnya. Bendungan yang kami lihat itulah yang dinamakan Bendung Kalipait. Wah, dekat juga! Mungkin hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 15 menit-an dari Paltuding untuk sampai kesitu. Pak Dany kemudian memarkirkan mobil di tanah lapang yang berseberangan dengan air terjun. Tak sabar, kami semua langsung menyeberang jalan dan menyusuri jalan setapak agar bisa melihat air terjun "hijau" lebih dekat. Tenang saja, jalan setapaknya juga pendek kok. Paling cuma 300 meteran dari jalan utama. Ternyata air terjun hijau kalau dilihat secara dekat, jauh lebih mencengangkan. Air terjun kecil setinggi 8 meteran berada di atas kami dan mengalirkan air berwarna hijau tua mirip air yang dipenuhi lumut. Air ini kemudian mengalir lagi membentuk  sungai kecil di dasar air terjun yang saya juga kurang tahu akan bermuara dimana nantinya.


Airnya berbuih kaya detergen

Mbak Septi

Mbak Vica dan Dian

Nurul dan Aik

Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, air yang mengalir di Bendung Kalipait sama dengan air yang berada pada danau Kawah Ijen. Tingginya konsentrasi sulfur membuat air tersebut berubah warna menjadi hijau. Masyarakat Banyuwangi sering menggunakan air dari Bendung Kalipait untuk mandi khususnya bagi para penderita penyakit kulit. Saya langsung kegirangan pengen mencoba. Pasalnya, saat perjalanan ke Banyuwangi kemarin sebenarnya saya masih berada pada tahap penyembuhan dari alergi panas. Di beberapa bagian tubuh saya masih ada luka bentol-bentol yang belum sembuh dan kering benar. Saya langsung menuju muka sungai untuk mengambil air dan mengoleskannya di kulit saya. Buset! Rasa cekit-cekit   kaya digigit semut langsung menyerang di bentol-bentol saya. Hiyaaah, lama kelamaan perih juga ini. Rasa yang sama juga dirasakan oleh Mbak Lukit yang sama-sama punya alergi dengan saya. Bedanya saya alergi panas, Mbak Lukit alergi dingin. Agak ironis sebenarnya buat orang yang tinggal di Salatiga yang terkenal cukup dingin. Hohoh. *kabur*

Saya tengah mencoba keampuhan air


"Sepatuku bau!", kata Mbak Lukit :p

Batu yang penuh coretan

Sedangkan buat teman-teman saya yang lain, kena air hijau dari Bendung Kalipait tidak berefek apa-apa pada mereka. Rasanya cuma dingin aja gitu. Kami pun asyik mainan disana. Ada yang mainan air, ada pula yang sibuk foto-foto. Buat yang bermain air, Pak Dany cuma mewanti-wanti jangan sampai airnya terkena mata dan gigi. Yah, kecuali kalau mau matanya super pedas kayak dicocolin cabai sekilo sama gigi ngilu sampai rontok. Hiiy! Ogah amat! Baiklah, kami akan berhati-hati. Ah tapi sayang, tangan-tangan jahil sudah mengotori air terjun cantik ini. Iya, banyak batu besar telah menjadi korban vandalisme dari pengunjung yang saya yakini masih anak-anak sekolahan. Anak ABG yang tengah dimabuk cinta sampai-sampai mereka lupa kalau alam bukanlah kertas tulis penampung curahan hati. Seusai puas bermain air, kami semua bergegas kembali ke mobil dan mencari tempat untuk makan dan menumpang mandi. Sudah saatnya kami pulang. Menempuh kembali perjalanan panjang nan melelahkan ke rumah kami masing-masing. Terima kasih Situbondo dan Banyuwangi! :)

P.S. Saya hendak mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada orang-orang tak dikenal maupun dikenal yang telah kami temui sepanjang petualangan kami ke ujung timur Pulau Jawa kemarin. Mulai dari pengelola dan ranger Taman Nasional Baluran yang ramah dan baik hati, Pak Dany sopir sewaan yang tabah dan sabar menghadapi 7 penumpang gila macam kami, mas-mas penyelamat yang memberikan tumpangan Karang Teko-Batangan, dan tiga bapak-bapak yang juga memberikan tumpangan kami dari Batangan-Situbondo. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. You all have been beautified our trip!

Saat ditolong tiga bapak-bapak

Salam Kupu-Kupu ^^d

No comments:

Post a Comment